Beranda | Artikel
Kaidah Kesusahan Menimbulkan Kemudahan
Selasa, 17 Juli 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny

Kaidah Kesusahan Menimbulkan Kemudahan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz DR. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. dalam pembahasan Kitab Qawaa’idul Fiqhiyyah (Mukadimah Kaidah-Kaidah Praktis Memahami Fikih Islam) karya Ustadz Ahmad Sabiq Bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Kajian ini disampaikan pada 2 Dzul Qa’idah 1439 H / 16 Juli 2018 M.

Status Program Kajian Kaidah Fikih

Status program kajian Kaidah Fikih: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Senin pagi, pukul 05:30 - 07:00 WIB.

Download kajian sebelumnya: Penerapan Kaidah Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan Dengan Keraguan

Kajian Islam Ilmiah Tentang Kaidah Kesusahan Menimbulkan Kemudahan – Kaidah Fikih

Pada kesempatan kali ini, dibahas kaidah yang ketiga. Kaidah yang dinamakan oleh para ulama dengan kaidah yang paling besar. Kaidah ini berbunyi, kesulitan atau sesuatu yang berat bisa mendatangkan kemudahan.

Maksud dari kaidah ini adalah bahwa syariat-syariat Islam, apabila pada satu keadaan memberatkan seorang hamba, maka ketika itu syariat memberikan keringanan atau kemudahan kepada hamba tersebut. Misalnya apabila seseorang berpuasa ramadhan dalam keaadaan sehat, maka dia wajib berpuasa seperti biasa. Tetapi pada keadaan tertentu dia merasa berat untuk berpuasa, misalnya dia sakit yang sakitnya menjadikan dia berat untuk berpuasa, maka syariat memberikan keringanan untuk tidak berpuasa pada hari itu.

Begitu pula misalnya pada suatu keadaan seseorang melakukan perjalanan jauh, sehingga menjadikan dia berat untuk berpuasa, maka syariat memberikan kemudahan bagi dia untuk tidak berpuasa ketika melakukan perjalanan jauh tersebut. Sehingga dia harus menggantinya dihari yang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 184:

أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٤﴾

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 184)

Kaidah ini menunjukkan kepada kita akan besarnya rahmat Islam. Bahwa Islam adalah agama yang dipenuhi dengan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya ajaran Islam dipenuhi dengan kemudahan-kemudahan. Pada asalnya ajaran Islam itu mudah. Kemudian apabila yang mudah tersebut masih memberatkan, maka Islam memberikan kemudahan tambahan. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang dipenuhi dengan rahmat. Oleh karenanya sangat pantas ketika Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧﴾

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’[21]: 107)

Inilah Islam. Kaidah ini juga menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang menginginkan kemudahan bagi pemeluknya. Islam sangat mudah untuk diterapkan.

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Kaidah Kesusahan Menimbulkan Kemudahan – Kaidah Fikih


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/31598-kaidah-kesusahan-menimbulkan-kemudahan/